Blog Archives

Pengajar: Menjadi Inspirasi Tak Bertepi *catatan perjalanan mengajar

Mengajar itu proses panjang untuk kembali belajar. Tanpa adanya semangat untuk belajar, maka kita bisa-bisa ‘mati gaya’. Apalagi kasusnya anak yang diajar adalah orang yang mempunyai ketertarikan pada bidang ilmu tertentu. Mereka akan sangat excited pada apa yang diajarkan, sehingga jika apa yang diajarkan di bawah ekspektasi, anak tersebut akan sangat kecewa.

Itulah pelajaran berharga selama menjadi pengajar di ekskul Science Club SDN Bantarjati 9.  Anggota ekskul ini adalah anak-anak yang bersemangat dan kritis. Kalau tidak dikendalikan, bisa-bisa pengajar tidak akan sempat berbicara karena begitu aktifnya mereka bertanya dan berpendapat. Melihat karakter mereka, saya coba arahkan pada percobaan sederhana berikut ini.

Membuat eksperimen tornado dari botol berisi air dan sabun pencuci piring. Sederhana tapi membuat mereka antusias belajar peristiwa alam.

Photo-0947Membuat simulasi keluarnya lahar saat peristiwa gunung berapi dengan mencampurkan baking soda dengan cuka.

Photo-0949Rasa lelah usai mengajar bisa terbayar dengan tawa lepas dan semangat mereka belajar. Menjadi seorang guru tak hanya bertugas untuk mentransfer ilmu, tapi juga mentransfer nilai dan menjadi inspirasi tak bertepi. Semangat  inspirator muda!

Photo-0950

Apapun Yang Terjadi Aku Tetap Mengajar #aytatm

Memulai hari sejak 6.15, 6.30 sudah mulai tilawah jama’i bersama guru Al-Ittihad lainnya. Tepat pukul 7 mempersiapkan peralatan untuk mengajar. Pukul setengah 8 bersiap menyambut sebelas ‘anak kembar’ titipan orang tuanya. Berbeda orang tua, berbeda lingkungan, berbeda karakter. Sebelas anak yang akan diajar, sebelas cara juga untuk merangkul mereka. Tak heran jika segenap energi dikerahkan untuk membimbing mereka dalam klasikal lingkaran, memastikan mereka mematuhi peraturan, mengejar salah satu dari mereka yang bosan di kelas, membimbing belajar membaca, menyanyi, (tak jarang juga ikut) menari keliling kelas untuk membuat suasana hidup, membimbing makan, dan memastikan mereka dijemput oleh orang yang tepat.

Tepat pukul 10.40. Terduduk lemas dengan keringat menderas. Baru terasa sakit kepala yang merajam. Penaaaat sekali rasanya… Huaaah… Menghela napas dalam dan beristighfar lirih, kemudian bangkit meneruskan pekerjaan yang belum selesai. Merapikan ruangan yang porak poranda dengan ‘kreativitas’ sebelas ‘anak kembar’ yang baru saja dijemput orang tuanya.

Memutar kembali ingatan sejak tadi pagi hingga sekarang membuat saya mengerti satu hal, mendidik anak dengan baik itu bukan hal yang mudah dan inilah cara Allah mendidik saya. Itulah yang menguatkan saya untuk terus belajar mendidik mereka dengan tepat.

Meski lelah sering menghinggapi raga, penat menerjang jiwa, dan putus asa melemahkan azzam. Namun, senyum cerah generasi emas membuat semangat kembali membara. Jadi, apapun yang terjadi aku tetap mengajar #aytatm

Photo-0943

Endless Learning *Catatan perjalanan mengajar

Pertama kali bersua langsung jatuh cinta. Keceriannya menebarkan benih bahagia. Gelagat manjanya menyemai tunas rindu. Itulah mereka anak-anak sholih/ah di kelas A1 RA Al-Ittihad. Pertemuan pertama yang membuat yakin untuk menerima tawaran mengajar mereka.

Hari kedua mengajar pun tiba. Tanpa ada persiapan yang berarti dan melupakan satu hal yang sangat penting. Saya di sana bukan hanya untuk bermain dengan mereka tetapi juga mendidik mereka. Pengalaman yang belum memadai pun membuat sedikit kewalahan menghadapi mereka. Menghadapi sepuluh anak dengan sepuluh karakter dan sepuluh tingkah yang berbeda benar-benar menguji kesabaran. Terlebih ada gangster anak kelas B yang sering ‘mengacau’ di kelas A. Al-hasil kelas tak hanya gaduh dengan suara teriakan dan tangisan, tapi juga berantakan dengan barang-barang yang jelas lagi susunannya.

Tepat pukul 10.30 anak-anak sudah dapat kembali ke rumahnya masing-masing. Sambil merapikan kembali ruangan, saya memutar kembali ingatan mengajar dari pagi hingga siang. Huaaah… cukup lelah juga. Setidaknya rasa lelah yang mendera ini mengingatkan bahwa mendidik anak itu bukanlah hal yang mudah.

Satu persatu permasalahan saya uraikan dan mencoba mencari solusinya.

1. Hilangkan semua barang yang akan menimbulkan kekacauan, misalnya sapu  yang sering dijadikan  sempoa yang sering dijadikan sepatu roda.

2. Amankan para troublemaker, pedekate dengan anak yang sering ‘numpang berantem’ di kelas.

3. Mulai tanamkan disiplin pada anak. Misalnya, masuk kelas sepatu harus dibuka, membudayakan antri saat mencuci tangan, dan makan hanya diperbolehkan saat jam istirahat.

4. Mulai merajut kedekatan dengan mereka dan membuat suasana belajar menyangkan. Al-hasil setiap hari saya harus mencari ide belajar yang menyenangkan. Mulai dari boneka jari untuk belajar huruf hijaiyyah.

Photo-0897 (2)Boneka jari bernama Bona si Gajah, Keroppi si Kodok, dan Meong di Macan itu menemani mereka belajar dan cukup menarik perhatian mereka. Selain itu, boneka ini membantu saya membuat mereka untuk mengikuti aturan main dalam belajar.

Belajar mengenal huruf latin dengan main raja dan ratu untuk menarik minat belajar.

Photo-0913

Bermain warna dan bentuk untuk memperkenalkan huruf. Pola huruf sengaja diletakkan di board yang ada di depan kelas untuk meningkatkan rasa percaya diri dan inisiatif.

Photo-0917Pelajaran berarti dari semua kegiatan mengajar ini adalah sejatinya menjadi seorang pendidik itu adalah menjadi pembelajar sejati.

Passion

Saat resah melanda alirkanlah dalam kidung munajat pada-Nya. Saat gulana menyapa kesahkanlah sujud-sujud panjang pada-Nya. Niscaya Allah akan memeluk kegelisahan kita dan menunjukkan jalan. Itulah yang selayaknya kita yakini bukan?

Beberapa hari kebelakang ini merasa keinginan untuk mengajar itu semakin hari semakin besar. Entah mengapa.. Padahal dulu itu berencana kerja di perusahaan tambang atau perkebunan yang berada di luar Jawa. Mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dan sesegera mungkin pergi ke luar untuk melanjutkan mengejar mimpi. Kering. Dangkal. Akhirnya terlupakan begitu saja saat panggilan jiwa menyapa. Mengapa?

Karena saya rindu dengan riangnya percakapan-percakapan ilmu. Riuhnya cerita keajaiban-Nya yang berkilauan dalam setiap perbincangan ilmu. Ramainya bercengkrama dengan pecinta ilmu yang giat mengejar cita. Damainya mereguk sebanyak-banyaknya semangat hidup para jiwa muda.

Terbayar sudah rasa lelah saat melihat riangnya wajah mereka. Nada bahagia berdentang saat mendengar celoteh riangnya. Inikah sesuatu yang bernama passion?